Ideologi Muhammadiyah Bisa Berubah, PesantrenMu Jadi Sang Pencerah
TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG- Rumusan ideologi Muhammadiyah sejak awal berdirinya sampai sekarang harus menjadi acuan gerakan persyarikatan dakwah Islam berkemajuan menegakkan amar makruf nahi mungkar. Tapi, dikatakan Warek I Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof. Dr. H. Syamsul Arifin, M.Si, tidak menutup kemungkian ada perubahan ideology. Hal ini disampaikan padawebinar tematik berjudul Peneguhan Ideologi Muhammadiyah di PesantrenMu dan Konstektualisasi Darul Ahdi Wa Asy-Syahadah dalam Berbangsa dan Bernegara.
“Penyempurnaan ideologi persyarikatan Muhammadiyah lewat perumusan kembali secara periodik harus dilakukan seiring tuntutan perkembangan kehidupan,” ujar Prof Syamsul Arifin, kemarin malam (2/4/2021) dalam diskusi virtual LP2PPM (Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah).
Prof Syamsul Arifin mengakui perumusan kembali harus dilakukan karena ideologi bukan doktrin baku. Ideologi Muhammadiyah merupakan rumusan tentatif yang bisa berubah. Sebab rumusan ideology Muhammadiyah digali dari sumber nilai-nilai Islam, keyakinan, tradisi, dan pemikiran kontemporer serta pemikiran elit-elit persyarikatan.

Muhammadiyah, tandas Prof Syamsul Arifin, melihat kondisi masyarakat Indonesia awal abad 20 diselimuti kebodohan, kemiskinan, dan ketidakmampuan diri menjalani hidup sehat. Demi mengatasi itu, Muhammadiyah menjawabnya lewat pendidikan bagi masyarakat.
Reformulasi yang dimaksudkan Prof Syamsul Arifin tidak berarti mengganti semua rumusan yang sudah ada. Tapi, lebih kepada penyempurnaan aspek-aspek ideologis yang tidak kompatibel seiring dengan tuntutan-tuntutan perkembangan. Jika Muhammadiyah menolak perubahan akan tergilas perubahan sendiri. Sebab, penolakan atas perubahan akan mengalami kesulitan yang dihadapi persyarikatan dalam pelaksanakan program-program karena ada sisi lemahnya.
Karena itu, kata Prof Syamsul Arifin, inovasi menjadi pilihan penting untuk mengatasi persoalan yang ada, masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat hari ini secara ideologis tidak cuma dilihat Muhammadiyah, tapi harus dicarikan solusinya. Mulai aspek keagamaan, politik, sosial, budaya, sampai aspek ekonomi.
Prof Syamsul Arifin menuturkan hal yang menjadi pertanyaan sekarang apakah lembaga pendidikan, pondok pesantren Muhammadiyah di mana dasar-dasar ilmu agama dipelajari secara mendalam khususnya di pesantrenMu sebagai tempat memproduksi intelektual muslim elit.
Sebab lanjut Prof Syamsul Arifin, mereka yang belajar di pesantrenMu puluhan puluhan tahun ke depan akan hadir sebagai modernis Muhammadiyah yang di mana bisa hidup di tengah zaman baru dan berdialog dengan realitas zaman itu, bahkan bisa bertukar pikiran. (reporter: irfan wahyu setyawan/editor: doni osmon)