Covid19 Pandemi Mematikan Asal Wuhan
oleh : dr. Thahri Iskandar, Sp.P, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
Tahun 2020 menjadi tahun yang cukup meresahkan. Pasalnya banyak benca-bencana yang terjadi pada tahun ini seperti bencana banjir di Jakarta, kebakaran hebat di Australia, hingga munculnya wabah virus Corona 19 yang telah menjadi pandemi atau wabah dalam skala global. Dilansir dari website resmi WHO, wabah virus Corona yang sedang terjadi saat ini merupakan virus corona jenis baru yang pertamakali terdeteksi di kota Wuhan, Cina, lalu menyebar luas hingga ke berbagai negara-negara terutama negara yang memiliki akses tinggi dengan negara Cina. Berdasarkan data statistika worldmeter.info hingga saat ini virus corona 19 telah menginfeksi 199 negara dengan jumlah kasus mencapai 532.263 pada 27 Maret 2020.
dr. Thahri Iskandar, Sp.P, dokter spesialis paru-paru rumah sakit UMM menjelaskan jika virus corona 19 merupakan virus corona jenis baru,” virus itu sebetulnya memiliki jenis yang sangat beragam, virus corona 19 merupakan salah satu dari jenis virus corona yang ada. Kemudian salah satu sifat dari virus khususnya adalah kemampuannya untuk melakukan mutasi sehingga pada waktu-waktu tertentu dan pada kondisi-kondisi tertentu bisa terjadi mutasi mengahasilkan virus ‘baru’, padahal tidak. Dalam konteks virus corona-19, virus corona-19 merupakan salah satu jenis virus corona namun memiliki jenis dan sifat yang berbeda dengan virus corona sebelumnya.”
Covid-19 sebagai virus corona jenis baru memiliki sifat yang lebih berbahaya dibading virus corona yang lain karena mengakibatkan jumlah angka kematian lebih banyak, lalu penularannya relatif lebih mudah dan lebih cepat dibanding dengan virus corona yang lain, kemudian virus corona 19 memiliki sifat yang lebih mematikan dibanding dengan virus penyebab flu-flu musiman yang selama ini cukup umum kita hadapi. Virus ini menular dengan droplets atau percikan dari cairan dari bersin dan batuk penderita covid-19 yang kemudian dapat terbawa oleh udara, tambah dr. Thahri.
Faktanya, dilansir dari worldmeter.info virus corona 19 telah menyebabkan angka kematian hingga mencapai 24.900 dari seluruh dunia pada 27 Maret 2020 dan diprediksi masih ada kemungkinan peningkatan angka karena virus ini masih menjadi wabah saat ini. Lalu, dr. Thahri mengungkapkan jika penyakit infeksi akibat corona 19 termasuk kedalam jenis self limiting desease, yakni jenis penyakit yang dapat dilawan jika seseorang memiliki daya imunitas yang kuat atau kompeten sehingga dapat sembuh dengan sendirinya, namun jika tidak maka akan mengakibatkan kefatalan. Jika seseorang dengan imunitas dalam keadaan rendah lalu terinfeksi virus corona 19 dapat menyebabkan terjangkitnya infeksi sekunder, sehingga virus corona 19 dalam hal ini merupakan jembatan masuk bagi kuman yang lain dan dapat menyebabkan kematian.
Sehingga karena dampak yang dapat menyebabkan kefatalan pemerintah sesuai dengan anjuran WHO menghimbau kepada masyarakan untuk melaksanakan social distancing yakni dengan menghindari keramaian serta dengan melakukan physical distancing dengan memberi jarak terhadap orang lain sebab kita tidak tahu jika dia terinfeksi atau tidak.
Lalu, saat ini pemerintah juga telah melaksanakan program rapid test. Rapid test merupakan bentuk pemeriksaan awal untuk megetahui seseorang dengan gejala terinfeksi covid-19, namun belum dapat memastikan jika seseorang secara pasti terkena covid-19 karena tes ini terbatas pada seseorang yang terinfeksi namu gejalanya tidak tampak. Rapid test ini digunakan karena memililiki keunggulan dalam proses identifikasi yang cepat hanya memerlukan waktu dalam hitungan menit saja, apabila dalam tes seseorang dinyatakan positif maka akan direkomendasikan untuk mengikuti tes lanjutan seperi tes PCR untuk memastikan jika seseorang itu benar-benar terinfeksi covid-19. Sehingga rapid test memiliki manfaat dalam mengidentifikasi pasien-pasen yang telah terinfeksi covid-19 secara cepat yang mungkin tidak menyadari dan tidak melaporkan gejala kepada pihak yang berwenang di tengah mobilitas masyarakat padat karena diasumsikan jika virus corona 19 telah menyebar di wilayah zona merah utamanya sepeti di Jabodetabek, tandas dr. Thahri.
Untuk saat ini, memang tonggak utama dalam kasus covid-19 berpangku kepada tenaga medis. Tenaga medis di Indonesia khususnya juga menjadi kekuatan yang diutamakan dalam menghadapi kasus covid-19. Tidak hanya itu, tenaga medis di Indonesia juga mengalami banyak kendala dalam menangani kasus ini seperti yang diutarakan oleh dr, Thahri, utamanya terkait ketersediaan sarana dan prasarana penanganan wabah covid terutama ketersiadiaan APD (Alat Pelindung Diri) karena APD merupakan instrumen yang menjadi syarat pertama untuk menangani pasien serta untuk mengurangi penularan resiko yang berakibat fatal kepada tenaga medis. Lalu dari pihak medis juga memiliki hambatan terkait covid-19 serta penanganan yang tepat dan sesuai sasaran karena ketersediaan literatur akibat virus ini masuk dalam kategori virus corona jenis baru.
Kemudian, dr. Thahri bepesan karena terdapat individu yang telah terinfeksi namun tidak menampakkan gejala terinfeksi namun sebenarnya telah terinfeksi dan berpotensi untuk menularkan kepada individu lain yang sehat serta untuk mengurangi jumlah pasien tertular sebaiknya kepada masyarakat dihimbau untuk mengikuti anjuran pemerintah dengan tidak mengadakan acara yang dapat mengumpulkan banyak massa, tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan yang sangat mendesak, melakukan social distancing, melakukan physical distancing minimal 1 -2 meter, melakukan penyemprotan disinfektan di tempat sekitar juga dapat membantu mengurangi kemungkinan penyebaran droplet virus, sering-sering mencuci tangan beribadah dalam rumah, serta menjaga kesehatan utamanya untuk meningkatkan imunitas tubuh. (*)